Friday 17 August 2012

Man Jadda Wa Jadda

Hello guys, bertemu lagi nih dengan gue Restu. Now gue pengen ngepost lagi sebuah cerita pendek hasil karya gue nih. Mau baca nggak? hehe yuk check it out...

Namaku adalah Restu Andreza Pratama. Teman-temanku di sekolah memanggil aku Restu. Sekarang aku duduk di bangku kelas 2 SMA, tepatnya di SMA Sampoerna Academy Bogor. Dua tahun yang lalu, aku masih mengenyam bangku SMP, tepatnya duduk di bangku kelas 3.

 Waktu itu, bangunan sekolahku sedang direnovasi. Jadi, SMP-ku dipindahkan dari gedung utama ke sebuah gedung SD yang letaknya tidak terlalu jauh dari gedung utama sekolahku yang awal. Selain perubahan gedung, semua jadwal kegiatan pun diubah. Jadwal kegiatan belajar mengajar yang semula diadakan pada pagi hari, diubah menjadi siang hingga sore hari (tepatnya waktu itu hingga pukul 5 sore). 

Suatu sore hari sebelum pulang sekolah, wali kelasku membagikan sebuah surat informasi dari sekolah yang ditujukan untuk orang tua murid. Pastinya surat itu tidak akan aku buka, biarkan orang tuaku yang membukanya, toh ini memang ditujukan untuk orang tuaku kan? Lalu, langsung aku masukkan surat itu ke dalam tasku yang kecil. Setelah pembagian surat itu kepada anak-anak seisi kelas, wali kelas kami mempersilahkan kami untuk pulang ke rumah karena matahari sudah mulai beranjak untuk pergi dari tempatnya. Sampai di rumah.....
"Ma, ada surat untuk mama dari guru abang nih" langsung aku berikan surat itu kepada ibuku yang sedang berada di mulut pintu rumah.
"Surat apa ini Bang?" tanya ibuku penasaran sambil membolak-balik surat itu.
"Buka aja Ma" jawab aku sambil menselonjorkan kakiku di atas lantai.
Segera ibuku membuka surat itu, dan ternyata surat itu berisikan daftar biaya yang dikenakan untuk perpisahan dan penambahan materi di sekolahku. Total biaya itu adalah Rp 1.500.000,00. Kontan aku kaget dan aku tidak tahu bagaimana mendapatkan uang sebesar itu, sementara untuk makan sehari saja udah susah. Aku langsung melihat raut muka ibuku yang terlihat agak murung, mungkin karena beliau pusing dan tidak tahu bagaimana caranya membayar uang sebesar itu.

Hari berganti hari, ibu dan aku berusaha untuk melupakan tentang bayaran itu. Tidak mau membuat ibu sedih. Suatu sore sebelum pulang sekolah, wali kelasku memanggil aku ke kantornya. Beliau menanyakan kenapa mukaku selalu terlihat tidak semangat saat menerima pelajaran di kelas. Lalu, aku menjawab pertanyaan itu dengan semua kegalauan yang ada di otakku ini. Setelah mendengar semua isi hatiku, beliau langsung memberikan solusi yang sangat cemerlang, yaitu beliau menyampaikan sebuah informasi kepada aku, bahwa di luar sana ada seorang bapak yang ingin membiayai seorang anak, tapi dengan syarat, anak itu harus mempunyai prestasi di bidang akademik maupun non-akademik yang baik. Selain itu, anak itu harus berbudi pekerti yang baik. Begitulah apa yang dijabarkan oleh wali kelasku yang cantik ini. Kebetulan, bapak ini adalah kenalannya wali kelasku. Kontan aku langsung bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan tangannya kepada hamba-Nya ini. Aku menerima tawaran ini, dan ternyata bapak ini akan datang esok hari. Tidak lupa aku berterima kasih kepada wali kelasku ini, beliau sangat care kepada ku, sampai-sampai ke masalah pribadi ku ini.  Setelah itu, aku langsung pamit kepada beliau untuk pulang. Sampai di rumah, aku langsung menyampaikan semua berita yang aku dengar tadi ke ibuku. Ibuku terlihat sangat bahagia, beliau tidak menyangka ternyata masih ada yang peduli dengan kondisi ekonomi kami. Alhamdulillah Ya Allah...

 Esok hari...
Sepulang sekolah, aku disuruh untuk menunggu di kantor guru oleh wali kelasku. Sekitar 15 menit aku menunggu, akhirnya bapak yang diceritakan oleh wali kelasku kemarin datang dengan menaiki sebuah motor. Setelah itu kami berbincang-bincang satu sama lain, hatiku berdegup kencang saat aku melihat sebuah amplop putih halus dikeluarkan oleh bapak ini dari saku jasnya. Semula bapak ini berbincang dengan wali kelasku, dan lalu beliau memberikan 'ku amplop putih itu. Tanganku gemetar. Beliau mengatakan amplop itu berisi sejumlah uang sebanyak 2 juta rupiah. Aku sangat bersyukur tiada henti hentinya di dalam hatiku. Uang ini akan aku pakai untuk membayar biaya perpisahan dan penambahan materi di sekolah 'ku. Setelah itu, aku langsung meraih tangan bapak itu dan mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan yang telah diberikan. Beliau membalas dengan senyuman yang sangat berkesan di hatiku dan tak akan pernah aku lupakan jasa bapak ini. Sayangnya pembicaraan kami tak bisa bertahan lama, karena beliau harus pergi menghadiri sebuah meeting di kantornya. Kontan aku dan wali kelasku mengiyakan saja. Setelah itu, bapak itu pergi dengan menaiki motor honda birunya sambil melambaikan tangannya dari kejauhan. Setelah bayangan bapak itu sudah tak terlihat lagi oleh 'ku, aku langsung pamit kepada wali kelasku sekaligus berterima kasih atas apa yang telah beliau lakukan. Beliau sangat berjasa, bukan hanya berjasa di bidang belajar-mengajar, tapi juga berjasa di bidang kemanusiaan. Setelah itu, aku pulang dan langsung memberikan uang itu kepada ibuku yang sudah menunggu 'ku di rumah. Ibuku sangat senang dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Alhamdulillah Ya Robbi masih ada yang mau membantu keluarga kami yang sederhana ini. Aku bersyukur tiada henti...
 
Sejak saat itu, aku percaya siapa pun yang serius menekuni suatu hal, pasti akan ada balasannya yang lebih dari apa yang ia kerjakan sekarang. I believe siapa saja yang bersungguh-sungguh pasti membuahkan hasil yang LUAR BIASA...

Udah baca kan? Gimana menurut kalian? Silahkan comment di guest book di samping yaaaa. Terima kasih telah membaca kawan-kawan. Sampai jumpa.....


0 comments:

Buscar

 

Kisah Gue Copyright © 2010 | Designed by: Compartidisimo